Lampu Kunang-kunang Ramah
Lingkungan
"Kuliah Pengantar Biokimia"
Kita telah belajar dari alam selama berabad-abad. Berbagai
penemuan pun mayoritas terinspirasi dari segala ciptaan Tuhan yang ada. Manusia
bisa membuat pesawat setelah mengamati burung, membuat kendaraan militer
amphibi dengan belajar dari kodok, dan banyak lagi. Sekarang, kunang-kunang
memberi ilham kepada para ilmuwan untuk membuat lampu yang tidak membutuhkan
daya listrik sehingga lebih hemat energi.
Kunang-kunang
adalah nama umum untuk serangga yang bercahaya dan termasuk ke dalam famili
Lampyridae yang bersifat nocturnal. Kunang-kunang memiliki organ dan sel khusus
(photocytes) yang mampu menghasilkan cahaya, terdapat pada segmen pertama atau
kedua terakhir dari ekor (abdomen). Lebih dari 2000 spesies kunang-kunang
tersebar di daerah tropis dan temperate. Kunang-kunang dapat dijadikan
indikator alami terhadap kondisi alam dimana alam yang telah rusak tidak
memiliki populasi kunang-kunang. Para peneliti
di Universitas Syracuse, New York, berhasil menciptakan sumber cahaya buatan
dari gabungan unsur biologis dan nonbiologis.
Material biologis dalam hal ini adalah enzim milik serangga
kunang-kunang.
Seperti kita ketahui, kunang-kunang adalah salah
satu hewan bioluminescence terbaik yang dapat kita temukan di alam bebas, untuk
pengertian bioluminescence adalah emisi cahaya yang dihasilkan oleh makhluk hidup
karena adanya reaksi kimia tertentu. Cahaya yang
mereka hasilkan adalah reaksi dari bercampurnya senyawa kimia luciferin dan
enzim luciferase.
Kunang-kunang
menggunakan substrat berupa D-lusiferin untuk menghasilkan pendaran. D-lusiferin akan mengalami dekarboksilasi
oksidatif dengan
bantuan energi dari ATP sehingga dihasilkan emisi cahaya. Kunang-kunang juga memiliki enzim
khusus yang dapat meregenerasi oksilusiferin menjadi D-lusiferin yang dapat
digunakan kembali sebagai substrat.
Selain D-lusiferin, senyawa L-lusiferin diketahui juga dapat menjadi substrat
bagi kunang-kunang untuk menghasilkan pendaran.
Untuk
menghasilkan sebuah sinar tampak, sel-sel di dalam ekor kunang-kunang harus
memproduksi ribuan enzim luciferase. Di dalam setiap sel, enzim-enzime tersebut
mencari pasangannya dan berikatan membentuk senyawa kimia yang disebut
luciferin. Enzim luciferase mempercepat reaksi kimia dengan menggabungkan
molekul oksigen dengan luciferin sehingga membentuk oxyluciferin. Di dalam
reaksi, luceferin teroksidasi, yaitu ia kehilangan sebuah elektron dan
molekul-molekulnya berpindah ke tempat energi yang lebih tinggi. Ketika
molekul-molekul yang penuh energi ini kembali ketingkat energi yang lebih
rendah, yaitu dalam keadaan yang lebih stabil molekul-molekul melepas energi
dan menghasilkan sinar
Kemudian apa yang dilakukan oleh penelitian ini adalah
menambahkan enzim luficerase kedalam permukaan sekumpulan nanorod (objek
berukuran nano) yang terbuat dari material semikonduktor cadmium sulfide dan
cadmiun seleneide. Nanorod-nanorod ini akan menyala ketika mereka terkena
luciferin yang dalam percobaan ini berfungsi layaknya bahan bakar. Proses ini
dinamakan dengan Bioluminescence Resonance Energy Transfer (BRET).
Dan lampu buatan ini juga mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan cahaya alaminya. Menurut peneliti, dengan memanipulasi ukuran nanorod, maka cahaya yang ditimbulkan juga bisa menjadi beraneka warna, tidak hanya satu warna seperti yang dapat dihasilkan oleh kunang-kunang. Walaupun mereka belum menemukan bentuk pengaplikasian yang tepat untuk kebutuhan dunia nyata, namun mereka mengatakan lampu ini bisa saja digunakan untuk pengganti sumber cahaya lampu LED di masa yang akan datang.
Dan lampu buatan ini juga mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan cahaya alaminya. Menurut peneliti, dengan memanipulasi ukuran nanorod, maka cahaya yang ditimbulkan juga bisa menjadi beraneka warna, tidak hanya satu warna seperti yang dapat dihasilkan oleh kunang-kunang. Walaupun mereka belum menemukan bentuk pengaplikasian yang tepat untuk kebutuhan dunia nyata, namun mereka mengatakan lampu ini bisa saja digunakan untuk pengganti sumber cahaya lampu LED di masa yang akan datang.
No comments:
Post a Comment